TEKNIK PENGELOLAAN KELAS
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen
Pengampu Chusna Maulida,
M.Pd.I
DISUSUN
OLEH :
MOCHAMAD
ARZAQUL MUHIBIN
NIM.
2021116116
KELAS
: F
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PEKALONGAN
2018
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Tujuan
yang diniatkan dalam setiap kegiatan belajar-mengajar baik yang bersifat
instruksional maupun tujuan pengiring akan dapat dicapai secara optimal apanila
dapat diciptakan dan dipertahankan kondisi yang menguntungkan bagi peserta
didik. Dalam setiap proses pengajaran kondisi ini harus direncanakan dan
diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat dihindarkan kondisi yang
merugikan ( usaha pencegahan ), dan mengembalikan kepada kondisi yang optimal
apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku peserta
didik di dalam kelas ( usaha kuratif ).
Usaha
guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan efektif apabila diketahui secara
tepat factor-faktor mana sajakah yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang
menguntungkan dalam proses belajar-mengajar, mengenali masalah-masalah apa
sajakah yang diperkirakan dan biasanya timbul serta dapat merusak iklim
belajar-mengajar, penguasaan berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas serta
kapan penggunaan pendekatan yang tepat.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pengelolaan
kelas?
2. Apa tujuan pengelolaan kelas?
3.
Bagaimana
usaha (preventif, kuratif, dan persuasif) pengelolaan kelas?
4. Apa saja pendekatan-pendekatan yang
digunakan dalam pengelolaan kelas?
C. TUJUAN
PENULISAN
1. Memahami pengertian pengelolaan kelas.
2. Memahami tujuan pengelolaan kelas.
3. Memahami usaha (preventif, kuratif, dan
persuasif) pengelolaan kelas.
4. Memahami pendekatan-pendekatan yang
digunakan dalam pengelolaan kelas.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengelolaan Kelas
Salah satu tugas guru
yang harus dilaksanakan adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas dimaksudkan
untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik seingga
tercapai tjuan pengajaran secara efektif, efesien dan produktif. Ketika kelas
terganggu, guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang bagi
proses belajar mengajar.
Dalam
konteks yang demikian itulah kirana pengelolaan kelas penting untuk diketahui
oleh siapa pun juga yang menerjunkan dirinya kedalam dunia pendidikan. Maka adalah penting untuk mengetahui
pengertian pengelolaan kelas dalam hal ini. Pengelolaan kelas terdiri dari dua
kata, yaitu pengelolaan dan ‘ankelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya
adalah “kelola”, ditambah awal “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain ari kata
pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa
Inggris, yaitu “management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan,
pengelolaan.[1]Manajemen
atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto (1990;2)
adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.
Sedangkan
kelas menurut Umar Hamalik 91987,311), adalah suatu kelompok orang yang
melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru.
Pengertian ini jelas meninjaunya dari seg anak didik, karena dalam pengertian
tersebut ada frase “kelompok orang”. Pendapat ini sejalan dengan Suharsimi
Arikunto yang juga mengemukakan pengertian kelas dari segi anak didik. Hanya
pendapatnya lebih mendalam.
Hadari Nawawi memandang klas dari dua
sudut, yaitu:
1) Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan
yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar.
Kelas dalam pengerian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekedar
menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya yang antara lain
didasarkan pada batas umum kronologis masing-masing.
2)
Kelas
dalam arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari
masayarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja
yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang
kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
B. Tujuan
Pengelolaan Kelas
Pengelolaan
kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang berupa
lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan
kemampuannya. Kemudian, dengan pengelolaan kelas produknya harus sesuai dengan
tujuan-tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan
pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan.
Secara umum tujuan pengelolaa kelas adalah penyediaan fasilitas bagi
bermcam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa
belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan,
suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi
pada siswa. (Sudirman N, 1991, 311).
Suharsimi
Arikunto (1988, 68) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar
setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien.[2]
Menurutnya, sebagai indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila:
1)
Setiap anak harus bekerja, tidak macet, artinya ada anak yang berhenti
karena tahu ada tugas yang dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang
diberikan kepadanya.
2) Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang
waktu, artinya setiap anak akan bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan
tugas yang diberikan kepadanya. Apabila ada anak yag walaupun tahu dan dapat
melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakannya kurang bergairah dan mengulur
waktu bekerja. Maka kelas tersebut dikatakan tidak
tertib.
C. Usaha
Pencegahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas
Pengelolaan
kelas merupakan kegiatan atau tindakan guru dalam rangka penyediaan kondisi
yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan
tersebut dapat berupa tindakan yang bersifat pencegahan dan atau tindakan yang
bersifat korektif.
Tindakan yang bersifat
bersifat pencegahan (prefentif) yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik
fisik maupun kondisi sosio emosional sehingga terasa benar oleh siswa rasa
kenyamanan dan keamanan untuk belajar. Sedangkan tindakan yang bersifat
korektif merupakan tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang dan merusak
kondisi optimal bagi proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.[3] Tindakan yang
bersifat korektif terbagi dua, yaitu tindakan yang seharusnya segera diambil
guru pada saat terjadi gangguan (dimensi tindakan) dan penyembuhan (kuratif)
terhadap tingkah laku yang menyimpang yang terlanjur terjadi agar penyimpangan
tersebut tidak berlarut-larut.
1. Usaha Yang Bersifat Pencegahan
(Preventif)
Tindakan
pencegahan adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang
menyimpang yang mengganggu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran.
Keberhasilan dalam tindakan pencegahan merupakan salah satu indikator
keberhasilan manajemen kelas. Konsekuensinya adalah guru dalam menentukan langkah-langkah
dalam rangka manajemen kelas harus merupakan langkah yang efektif dan efisien
untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Adapun langkah-langkah pencegahannya
(Maman Rahman : 1998) sebagai berikut :
a) Peningkatan Kesadaran Diri Sebagai Guru
Langkah
peningkatan kesadaran diri sebagai guru merupakan langkah yang strategis dan
mendasar, karena dengan dimilikinya kesadaran ini akan meningkatkan rasa
tanggung jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam
melaksanakan tugasnya. Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak
pada sikap guru yang demokratis, sikap yang stabil, kepribadian yang harmonis
dan berwibawa. Penampakan sikap seperti itu akan menumbuhkan respon dan
tanggapan positif dari pesefrta didik.
b) Peningkatan Kesadaran Peserta Didik
Interaksi
positif antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran terjadi apabila
dua kesadaran (kesadaran guru dan peserta didik) bertemu. Kurangnya kesadaran
peserta didik akan menumbuhkan sikap suka marah, mudah tersinggung, yang pada
gilirannya memungkinkan peserta didik melakukan tindakan-tindakan yang kurang
terpuji yang dapat mengganggu kondisi optimal dalam rangka pembelajaran. Untuk
meningkatkan kesadaran peserta didik, maka kepada mereka perlu melaksanakan
hal-hal tersebut : (1) memberitahukan akan hak dan kewajibannya sebagai peserta
didik, (2) memperhatikan kebutuhan, keinginan dan dorongan para peserta didik,
(3) menciptakan suasana saling pengertian, saling menghormati dan keterbukaan
antara guru dan peserta didik.
c) Sikap Polos Dan Tulus Dari Guru
Guru
hendaknya bersikap polos dan tulus terhadap peserta didik. Sikap ini mengandung
makna bahwa guru dalam segala tindakannya tidak boleh berpura-pura bersikap dan
bertindak apa adanya. Sikap dan tindak laku seperti itu sangat mempengaruhi
lingkungan belajar, karena tingkah laku, cara menyikapi dan tindakan
gurumerupakan stimulus yang akan direspon atau diberikan reaksi oleh peserta
didik. Kalau stimuli itu positif maka respon atau reaksi yang akan muncul
adalah negatif. Sikap hangat, terbuka, mau mendengarkan harapan atau keluhan
para siswa,akrab dengan guru akan membukakemungkinan terjadi interaksi dan
komunikasi wajar antara guru dan peserta didik.
d) Mengenal Dan Mngenal Alternatif
Pengelolaan
Untuk
mengenal dan menemukan arternatif pengelolaan, langkah ini menuntut guru : (1)
melakukan tindakan identifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku peserta
didik baik individual maupun kelompok. Penyimpangan perilaku peserta didik baik
individual maupun kelompok tersebut termasuk penyimpangan yang disengaja
dilakukan peserta didik yang hanya sekedar untuk menarik perhatian guru atau
teman-temannya., (2) mengenal berbagai pendekatan dalam manajemen kelas. Guru
hendaknya berusaha menggunakan pendekatan manajemen yang dianggap tepat untuk
mengatasi suatu situuasi atau menggantinya guru lainnya yang gagal atau
berhasil sehingga dirinya memiliki alternatif yang bervariasi dalam menangani
berbagai manajemen kelas.
e) Menciptakan Kontrak Sosial
Penciptaan
kontrak sosial pada dasarnya berkaitan dengan “standar tingkah laku” yang
diharapkan seraya memberi gambaran tentang fasilitas bserta keterbatasannya
dalam memenuhi kebutuhan peserta didik. Pemenuhan kebutuhan tersebut sifatnya
individual maupun kelompok dan memenuhi tuntutan dan kebutuhan sekolah. Standar
tinkah laku ini dibentuk melalui kontrak sosial antara sekolah/guru dan peserta
didik norma atau nilai yang turunnya dari atas dan tidak dari bawah, jadi
sepihak, maka akan terjadi bahwa norma itu kurang dihormati dan ditaati. Oleh
sebab itu, dalam rangka mengelola kelas norma berupa kontrak sosial (tata
tertib) dengan sangsinya yang mengatur kehidupan didalam kelas, perumusannya
harus dibicarakan atau disetujui oleh guru dan peserta didik. Kebiasaan yang
terjadi dewasa ini bahwa aturan-aturan sebagai standar tingkah laku berasal
dari atas (sekolah/guru). Para peserta didik dalam hal ini hanya menerima saja
apa yang ada. Mereka tidak memiliki pilihan lain untuk menolaknya.
Konsekuensinya terhadap kondisi demikian memungkinkan timbulnya persoalan-persoalan
dalam pengelolaan kelas katrena pesertan didik tidak merasa turut membuat serta
memiliki peraturan sekolah yang sudah ada tersebut.
2. Usaha Yang Bersifat Penyembuhan
(Kuratif)
Kegiatan
yang bersifat penyembuhan mengikuti langkah sebagai berikut :
- Mengidentifikasi
masalah
Pada
langkah ini, guru mengenal atau mengetahui masalah-masalah pengelolaan kelas
yang timbul dalam kelas. Berdasar masalah tersebut guru mengidentifikasi jenis
penyimpangan sekaligus mengetahui latar belakang yang membuat peserta didik
melakukan penyimpangan tersebut.
- Menganalisis
masalah
Pada
alngkah ini, guru menganalisi penyimpangan peserta didik dan menyimpulkan latar
belakang yang membuat peserta didik melakukan penyimpangan tersebut.
- Menilai
alternatif-alternatif pemecahan
Pada langkah ini guru
menilai dan memilih alternatif pemecahan masalah yang dianggap tepat dalam
menanggulangi masalah.
- Mendapatkan
balikan
Pada
langkah ini guru melaksanakan monitoring, dengan maksud menilai keampuhan
pelaksanaan dari alternatif pemecahan yang dipilih untuk mencapai sasaran yng
sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan kilas balik ini dapat dilaksanankan
dengan diadakan pertemuan dengan para peserta didik. Maksud pertemuan perlu
dijelaskan oleh guru sehingga peserta didik mengetahui serta menyadari bahwa
pertemuan diusahakan dengan penuh ketulusan, semata-mata untuk perbaikan, baik
untuk peserta didik maupun sekolah.
3. Usaha Yang Bersifat Mengajak (Persuasif)
Persuasif
adalah seni dalam meyakinkan seseorang untuk melakukan sesuatu. [4]Ada
banyak kiat dan taktik untuk menguasainya. Tetapi, hal itu bukan hanya
berpengaruh dalam jangka pendek. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar, banyak
siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik.
Sehingga
yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka
yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi belajar yang sangat kuat. Yang
perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan
hasil belajar yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut
dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.
Hadiah
adalah cara memotivasi siswa supaya giat belajar, mampu memotivasi siswa untuk
belajar adalah perjuangan yang dihadapi oleh semua guru. Mampu memotivasi siswa
untuk belajar memang menjadi tantangan yang dihadapi para guru sehari-hari. Ini
merupakan salah satu komponen penting dari pengajaran yang efektif, termasuk
pengaturan kelas. Jika siswa tidak termotivasi belajar, maka besar kemungkinan
mereka tidak akan terlibat dalam pelajaran. Lalu, jika mereka tidak terlibat
dalam pelajaran akan menyebabkan bermacam masalah dalam manajemen kelas.
D. Berbagai
Pendekatan Dalam Pengololan Kelas
Pengelolaan kelas bukanlah
masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan
anak didik adalah faktor utama yang terkait langsung dengan hal ini karena
pengelolaan kellas dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan
kegairahan peserta anak didik secara kelompok maupun secara individual.
Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraiyan sebagai berikut:[5]
1. Pendekatan kekuasaan
Pengelolaan
kelas di artikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.
Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin
dalam kelas.
2. Pendekatan ancaman
Dari pendekatan ancaman
atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai proses mengontrol
anak didik. Tetapi dalam mengontol tingkah laku nanak didik dilakukan dengan
cara memberikan ancaman misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
3. Pendekatan kebebasan
Pengelolaan diartikan
sebagai suatu peroses unutk membantu anak didik agar merasa bebas untuk
mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja.
4. Pendekatan resep
Pendekatan
resep (cook book) ini dilakukan dengan memberikan suatu daftar yang dapap
mengambarkan apa yang harud dan yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam
meriaksikan semua masalah yangh terjadi dalam kelas.
5. Pendekatan pengajaran
Pendekatan ini
didasarkan atas suatu anggapan bahwa suatu perencanaan dan pelaksanaan akan
mencengah munculnya tingkah laku peserta didik dan memecahkan masalah itu bila
tidak bisa dicegah.
6. Pendekatan perubahan tingkah
laku
Sesuai
dengan namanya,pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah
tingkagh lajku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik
7. Pendekatan suasana emosi dan hubungan
sosial
Pendekatan
pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan emosional didalam kelas
sebagai sekelompok individu cendrung dalam pandangan psikologi klinis dan
konseling atau penyuluhan.
8. Pendekatan proses kelompok
Pengelolaan
kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu
sistem sosial dimana proses kelompok merupakan yan g paling utama.peranan guru
adalah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu.
9. Pendekatan elictis atau ploralistik
Pendekatan
elictis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas dan
inisiatif wali / guru kelas dalam memilih beberapa pendekatan tersebut diatas
berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan ini dalm suatu
situasi mungkibn dipergunakan salah satu
dan dalam situasi lain mungkin harus dikombinasikan dua tau tiga pendekatan
tersebut.
Pendekatan ploralistik,
yaitu pengelulaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan
yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi
yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efiktif dan efesien.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengelolaan kelas
adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru selalu
mengelola ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas maksudnya untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondosif bagi anak didik sehingga tercapai
tujuan pengajaran yang efektif dan efisien.
Teknik-teknik
pengelolaan kelas dapat digolongkan ke dalam teknik preventif dan tekhnik
kuratif. Teknik preventif adalah teknik untuk mencegah timbulnya tingkah laku
siswa yang mengganggu kegiatan belajar-mengajar. Sedangkan teknik kuratif
adalah tekhnik untuk mengurangi tingkah laku siswa yang mengganggu kegiatan
kegiatan belajar mengajar.
Tujuan pengelolaan
kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan, secara umum
tujuan pengelolaan kelas adalah :
“Penyediaan fasilitas
bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional,
dan intelektual dalam kelas, fasilitas yang ddisediakan itu memungkinkan siswa
belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan,
suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi
pada siswa.”
DAFTAR PUSTAKA
Dadang Suhardan. Manajemen Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.2009.
Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Renika Cipta. 2002.
Tutut Sholihah. Strategi
Pembelajaran Yang Efektif. Jakarta: Citra Grafika Desain. 2008.
http://www.slideshare.net/amaarul/pp-pengelolaan-kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar